Obrolan Ringan
60 Menit Bersama Shafiq Muljanto, ECD & GM H:THREE

0
6166

“Ini persoalan kultur, bukan kompetensi, saya sering perhatikan hal ini pada saat mengikuti forum resmi dimana di sekitar kita ada orang-orang asing,” ujar Shafiq mencoba menggambarkan betapa potensi kita seringkali terkubur atau tidak menonjol karena rasa enggan, sungkan, dan lain-lain.   Soal seni bertahan, lebih lanjut Shafiq menyebutkan bahwa sebagai komandan operasional, melakukan berbagai terobosan baru menjadi hal yang wajib dilakukan.

“Orang kreatif harus kreatif, sebab pola lama memang seringkali sudah tidak memberi harapan yang lebih baik,” kata Shafiq.

“Saya harus melibatkan diri dalam berbagai komunitas sosial, kelompok minat dan hobi, demi menggali lebih banyak kesempatan. Lewat bincang-bincang informal saya bisa mengenalkan identitas perusahaan dan potensi kita, dan ternyata memberi banyak peluang kerjasama bisnis,” ujar Shafiq ketika ditanya soal pencarian pelanggan baru yang dirasa lebih efektif.

Soal harga atau agency fee memang menjadi persoalan serius saat ini. Shafiq juga merasakan hal yang sama, ketika ditanya soal kompetisi dan tekanan harga dewasa ini.

“Saya pikir semua pernah mengalaminya (polemik Agency Fee), dan tentu saja saya harus pintar-pintar mengelolanya sebab urusannya menyangkut nasib banyak orang (staf –red), artinya dari sudut pandang idealisme kreatif seringkali kita tidak paham, kok harga bisa ditekan sampai seperti itu, dan saya pikir ini sesuatu yang wajib dicari jalan keluarnya,” ujar Shafiq.

Ketika ditanya soal perlunya forum atau asosiasi, Shafiq mengatakan hal tersebut sangat dibutuhkan saat ini, sebab lewat forum dan asosiasi praktisi kita bisa berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman.

Ketika ditanya apakah suasana industri periklanan Indonesia bisa ‘kembali’ ke zaman dimana persaingan tampak lebih sehat, komunikasi lebih terbuka, agensi lokal masih memenuhi arena pertarungan antar agensi, dan agency fee masih enak didengar?

Shafiq tidak menjawab dengan lugas sebab suasananya sudah sangat berbeda, sekalipun sebagai anak bangsa, Shafiq tetap menyimpan kerinduan itu.

Obrolan kami harus berakhir karena suara yang mengajak Shafiq untuk bergabung sholat Jumat sudah terdengar. Kami sepakat masih akan melanjutkan perbincangan kami di hari selanjutnya, sambil mereguk secangkir kopi Atjeh.

Terimakasih Shafiq, selamat bekerja, sukses untuk H:THREE

 


– Wawancara eksklusif Harris Thajeb Bicara Terbuka Soal Industri Periklanan Indonesia
– Wawancara Eksklusif Indra Abidin (Tokoh Industri Periklanan Indonesia)
– Hasil Karya Kreatif Insan Periklanan Bukan Komoditi
– Seni Mengelola Orang Kreatif dan Kreatifitas (Bag-1)