Strategi Bertahan Media Cetak

0
2891

WAWANCARA KHUSUS PEMRED TABLOID MOTOR PLUS

ADVERTISING-INDONESIA.id Kurun waktu 2015 hingga 2017 tak ubahnya bagai “kuburan massal” bagi media cetak. Sejumlah perusahaan media cetak memutuskan berhenti. Diantaranya Sinar Harapan, Jakarta Globe, Koran Tempo Sabtu, Harian Bola, Jurnal Nasional, FHM, Majalah Trax dan terakhir majalah Hai.

Menurut The Nielsen Company Indonesia, pada tahun 2015 dari 117 surat kabar yang diamati, ada 16 unit media gulung tikar dan kurang lebih 38 majalah pun memiliki nasib yang sama. Saat ini masih ada sekitar 132 majalah dari total sebelumnya 170 majalah yang beredar. Mereka terus bertahan di tengah-tengah kepungan media-media digital yang semakin kuat.

Tabloid sekelas Motorplus yang dikenal memiliki sirkulasi dan readership yang kompetitif ikut merancang strategi agar tidak terjebak dalam himpitan persaingan media yang semakin ketat. Hadirnya media online dan media sosial jelas berdampak buruk terhadap usaha media konvensional khususnya media cetak.

Tabloid spesialis roda dua Motorplus mencoba beberapa formula untuk tetap bertahan hidup. Motorplus melalui Pemimpin Redaksi, Aong C Ulinnuha mengaku bahwa fenomena media online dan sosmed sedikit banyak mempengaruhi kejayaan media besutannya.

Tetap Menjadi Acuan

“Motorplus masih menjadi acuan pembaca, blogger dan media online. Sebagai media acuan, Motorplus terus mempertahankan mutu penulisan berita dan fakta serta narasumber yang kompeten. “Kami memang sempat panik dengan kemunculan media online. Kemudahan mendapatkan informasi membuat tim kami harus berpikir keras meramu formula baru demi mempertahankan Motorplus,” ungkap Aong.

Untuk menyiasati persaingan media, Aong terus meningkatkan kinerja tim redaksi Motorplus. Salah satunya adalah dengan melakukan investigasi atau wawancara secara lebih mendalam, memperbanyak data dan sajian statistik serta menghadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya.

Terkait perolehan iklan, Aong juga mengaku ada penurunan di media yang dikendalikannya. “Motorplus mengalami sedikit penurunan iklan namun kami masih berada di garis biru atau zona aman. Tidak ada masalah untuk hal ini dan kami terus berusaha dengan maksimal” imbuh Aong.

Untuk menyiasati persaingan media, Aong terus meningkatkan kinerja tim redaksi Motorplus. Salah satunya adalah dengan melakukan investigasi atau wawancara secara lebih mendalam, memperbanyak data dan sajian statistik serta menghadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya.

Ia menambahkan bahwa saat ini Gramedia Group melakukan kebijakan pencarian iklan yang dilakukan secara group atau corporate sales. Hasilnya kemudian dibagi bersama diantara media terkait. Penjualan secara korporat memang sangat ideal dilakukan oleh grup penerbitan besar seperti Gramedia dimana agregasi kelebihan setiap media akan menjadi materi jualan yang potensial (Red). Pembagian hasil penjualan biasanya dikelola oleh pimpinan penjualan korporat. Soal pembagian ini Aong tidak menjelaskan secara rinci.

Oplah dan Readership

Aong menambahkan bahwa berdasarkan data tim audit Gramedia, sirkulasi Motorplus saat ini berada di angka 231 ribu per edisi. Jika satu copy dibaca oleh kurang lebih 3 hingga 4 orang maka readership atau jumlah pembaca setia tabloid ini masih sekitar 693 ribu hingga 924 ribu.

Jumlah ini jelas masih sangat potensial bagi pengiklan. Menurut Aong, oplah dan jumlah pembaca yang konsisten membuat dirinya dan tim tetap fokus untuk meracik berita yang lebih baik, informatif dan faktual demi mempertahankan jumlah pembaca setia Motorplus.

Hingga saat ini, sudah banyak formula strategi yang dilakukan Motorplus untuk tetap bertahan sebagai barometer otomotif roda dua di Indonesia. Setidaknya, tabloid ini akan mencoba terus bertahan sekalipun kompetisi media semakin ketat. (A. Ridho)