Bincang-Bincang Ringan AI dengan Prof. Dr. Rudy Harjanto

0
4474

ADVERTISING-INDONESIA.id – Pada 31 Agustus 2017, di Kampus Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Content Director Advertising Indonesia Indra Jaya Sihombing, berbincang ringan dengan Prof. Dr. Rudy Harjanto, sang Rektor. Perbincangan singkat di pagi hari tersebut berlangsung dengan sangat menarik sebab topik yang diperbincangkan menyangkut industri advertising Indonesia, dimana sebelumnya, Prof. Rudi Harjanto dikenal luas sebagai praktisi senior industri periklanan yang pernah menduduki berbagai posisi struktral penting di sejumlah advertising agency.

Bagaimana menyikapi adanya kecenderungan advertising agency fee yang akhir-akhir ini semakin mengecil:

Itu saya bilang karena subyektifitas kita terkadang masih tinggi. Sudah saatnya kita mengeluarkan solusi yang diluar standar (supaya kita dihargai lebih). Artinya, kita harus menghindari subjektifitas. Di Amerika dan negara lainnya, gagasan itu begitu dihargai. Jadi begitu kerja kita baik sekali, maka selanjutnya kita akan dikejar orang. Sebenarnya kita harus memberikan solusi atas masalah yang ada. Bukan bagaimana bagusnya (secara subjekif) tapi bagaimana solusinya.

Bagaimana soal media digital dan kecepatan (terkait dengan proses)

Anak-anak sekarang maunya instan; betul bahwa kecepataan itu penting tapi jangan menjadi sebuah jargon. Dulu kalau kita mau buat iklan, itu sketchnya bisa sampai 50; atau kalau kita mau buat sebuah event, kita harus cari data, survey dan lain-lain. Kalau sekarang itu tinggal browsing internet, lokasinya tinggal buka google map. Hal yang sama terjadi saat kita mau buat konsep, sekarang semua serba cepat. Begitu juga ketika kita bicara media placement, ternyata banyak hal yang harus kita olah, tapi kenyataannya kecepatan bisa terbatas atau terbentur dengan ketersediaan data. Zaman digital sekarang ini banyak orang maunya instan. Bagaimanapun cepatnya sebuah proses, tentunya harus disertai dengan diskusi atau brainstorming yang lebih intensif.

Bagaimana dengan arah dan relevansi pengembangan Kreatif.

Estetika dan ethic itu tetap nomor 1, dua hal yang sangat penting dan jangan sampai ‘lolos’.  Brandwagon itu sesuatu yang harus digali, apa yang kita mau jual. USP masih relevan dan masih juga yang tertinggi. Lewat USP kita mencari kedalaman dan relevansi brand dengan kehidupan kita; yang mau saya ceritakan adalah kita harus lebih kreatif dalam ‘menggali’ audience dan mengarahkannya. Contoh, SCTV menyebut diri aktual tajam dan percaya. Pertanyaannya semua TV (stasiun TV) begitu gak? Tapi kan dia sudah ‘mengarahkannya’ duluan. Rinso juga begitu, mencuci paling bersih, apa yang lain gak bersih? (ini soal menggali dan mengarahkan audiens terlebih dahulu).

Bagaimana soal media dan audiens

Sekarang ini, media menjadi primadona. Tapi ketika bicara soal media, kita harus terlebih dahulu memahami (menentukan) peranan media itu seperti  apa, itu yang menurut saya perbedaannya dengan masa lalu. Kita sekarang tahu bahwa teori komunikasi mengalami pergeseran sekalipun tetap (selalu) memandang komunikator, pesan, dan media kepada khalayak. Sekarang, khalayaknya yang memilih media yang relevan, kalau ‘gak’ relevan ya ‘gak’ dipilih itu media. Upaya kita membuat pesan lewat media itu sekarang ini gak seperti yang kita bayangkan (seperti di masa lampau); karena audiensnya yang akan memilih apa yang relevan buat dia, itu terjadi karena pilihan semakin banyak. Oleh karena itu, agencypun harus jeli memilih pesan apa yang relevan buat audiens.