Mari Bermimpi Menjadi Advertising Agency Terbaik Dunia

0
2263


ADVERTISING-INDONESIA.id – Menurut Top50 Ad Agencies, Ogilvy & Mather, IDEO, Fuel Online, Leo Burnett, BBDO, JWT, Wieden+Kenndey, Forza Migliozzo, McCann Erickson, Edelmen adalah Top 10 advertising, marketing, digital, SEO dan creative agency berdasarkan kehadiran atau popularitas merek di media online. Di daftar mereka masih ada 40 perusahaan yang mengisi urutan 11 hingga 50.

Menarik untuk diperhatikan, bahwa nama-nama lawas seperti Ogilvy & Mather, Leo Burnett, BBDO, JWT, McCann Erickson masih bertengger dan mampu menempati urutan tinggi. Agensi-agensi ini rata-rata sudah berusia lebih dari 50 puluh tahun. McCann sudah berdiri sejak tahun 1930, BBDO hasil merger berdiri sejak tahun 1928, Mather berdiri tahun 1850 dan kemudian melakukan merger dengan Ogilvy tahun 1964. Leo Burnett berdiri tahun 1935, bahkan JWT berdiri pada tahun 1896.

Mereka memang dikenal sebagai agensi-agensi yang sangat fenomenal dan sudah melahirkan ribuan kampanye iklan yang berhasil menggetarkan industri advertising, hingga sukses membangun dan mengantarkan brand-brand terkenal hingga ke tingkat global. Hasil karya agensi-agensi ini sangat dihargai terlebih pada era 60an hingga awal tahun 2000an. Dalam tiga dekade terakhir ini memang terjadi perubahan signifikan dalam industri periklanan global dimana banyak perusahaan periklanan dunia dipaksa melakukan merger demi menghadapi tuntutan pengiklan yang semakin keras. Penyebaran brand secara global memaksa agensi-agensi yang pada umumnya berpusat di Amerika melebarkan sayap ke negara-negara lain di seluruh dunia dengan cara berafiliasi atau membuka kantor cabang sendiri. Persainganpun terus terjadi dan merger antar berbagai perusahaan agensi besar ke dalam satu payung induk atau holding telah menjadi salah satu jakan keluar untuk terus bertahan. Namun demikian, di tengah-tengah arus perubahan yang sangat kuat, kita melihat secara faktual bahwa sebagian nama-nama besar advertising agency yang menjadi pelopor industri periklanan dunia masih terus bertahan bahkan merebut pasar periklanan digital dengan gagah berani.

Kita perlu belajar lebih giat lagi dari apa yang dilakukan oleh berbagai perusahaan tingkat dunia hingga mereka masih terus berkiprah melewati berbagai zaman hingga saat ini, sekalipun tentu tidak mudah. Di Indonesia kita melihat betapa nama-nama besar perusahaan periklanan Indonesia yang merajai industri periklanan Indonesia di era tahun 80an dan 90an kesulitan untuk bertahan bahkan sebagian besar sudah menghilang dari peta industri periklanan Indonesia. Grafik, Nuvo, HIS, Komunika, Perwanal, Polyama, 1525, Princip, AdFokus, adalah sebagian agensi lokal yang dulu dikenal sangat kuat namun kini jejaknya sudah hilang. Beberapa agensi lama yang masih mencoba terus bertahan dan berjuang merebut pasar hingga saat ini diantaranya adalah Hotline, Cabe Rawit, MACS909, Fortune, Matari, DM Pratama, Dwi Sapta (sudah merger dengan DAN), Artek N Partner, dan sejumlah agensi lainnya. Sejumlah agensi lokal baru memang terus muncul namun masih memerlukan perjalanan panjang untuk diperhitungkan sebagai pemain kelas dunia, setidaknya pemain regional.

Jika kita mengamati sepak terjang agensi-agensi fenomenal yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun seperti disebut di atas, tampak jelas konsistensi mereka dalam menjaga kualitas layanan serta kemampuan mereka dalam mengikuti perkembangan dunia periklanan hingga di era digital. Tak heran jika kedudukan dan citra mereka setara dengan brand-brand global yang mereka layani. Mereka memang pemain kelas dunia.

Kita sangat berharap agensi-agensi Indonesia yang ada saat ini mampu terus bertahan serta menunjukkan kiprahnya setidaknya di level regional. Banyak praktisi periklanan Indonesia yang sebetulnya dinilai sudah mampu bersaing secara individu hingga ke tingkat internasional. Nama-nama asli Indonesia sudah cukup sering muncul sebagai peraih penghargaan atau award tingkat regional namun seringkali meredup sebelum mampu berkiprah ke tingkat yang lebih tinggi.

Jika kita masih kesulitan bersaing secara institusi hingga ke tingkat global, setidaknya secara individu kita harus mampu menguasai pasar nasional. Tahun 2018 sudah di depan mata, setidaknya kita perlu melakukan refleksi tentang apa yang sudah kita lakukan di tahun 2017 dan menyiapkan diri lebih serius menghadapi tantangan global.