ADVERTISING-INDONESIA.id – Beberapa waktu lalu, ramai orang bicara tentang menurunnya daya beli masyarakat. Berbagai stimulus didorong pemerintah untuk meningkatkan belanja. Dengan belanja tersebut, maka diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 7%. Pertanyaannya, mengapa stimulus tersebut tidak berhasil? |
Jika melihat hasil survey yang diadakan Nielsen pada tahun 2017 ini, menjelaskan bahwa hampir semua variable belanja pergerakannya hanya sedikit. Awalnya PDI-P sebagai partai pengusung pemerintahan mengatakan bahwa menurunnya daya beli sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur. Namun apa yang dijelaskan oleh survey Nielsen berkata lain.
Nielsen telah melakukan survey di 11 kota di Indonesia dengan jumlah responden mencapai 8.400 responden. Survey ini dilakukan untuk membandingkan kwartal pertama (Q1) 2017 vs kwartal pertama (Q1) tahun 2016.
Dari survey Nielsen menjelaskan bahwa masyarakat di kelas atas, menengah dan bawah terdapat perbedaan dari pola belanja yang tidak jauh berbeda untuk belanja barang cepat habis (FMCG). Selisih di kelas menengah dari Q1 2016 vs Q1 2017 meningkat 8%. Hal ini masih relevan dengan belanja iklan di TV dan print tahun 2017 hingga bulan Juli hanya naik sebanyak 6% (Gross Rate Card). Itu artinya, promosi yang dilakukan belum terlalu berdampak signifikan terhadap komsumsi produk FMCG.
Penurunan belanja (mengguna-kan uang) untuk kategori kesehatan masyarakat kelas atas menurun hingga 26%.
Sedangkan untuk komsumsi komunikasi, peningkatan di masyarakat kelas atas dan menengah hanya 4%. Sedangkan untuk masyarakat kelas bawah malah menurun sebesar -3%. Hal ini menarik karena masyarakat Indonesia yang mulai mengkomsumsi internet ternyata pertumbuhan penggunaan perangkat keras maupun data internet untuk komunikasi tidak melonjak terlalu tinggi.
Poin lain yang menarik dari survey ini mengatakan bahwa komsumsi kesehatan menurun sangat signifikan, khususnya di kalangan masyarakat kelas atas dan menengah. Penurunan belanja (menggunakan uang) untuk kategori kesehatan masyarakat kelas atas menurun hingga 26%. Sedangkan untuk masyarakat kelas menengah turun hingga 16% dan masyarakat kelas bawah turun hanya 2%. Penurunan ini sebagai dampak dari program BPJS yang dicanangkan pemerintah. Masyarakat yang sebelumnya menggunakan uang pribadi untuk kesehatan, kini lebih banyak menggunakan fasilitas BPJS sehingga menurunkan belanja kesehatan.